Thursday, July 3, 2014

Dear Buibu...

Semenjak pindah rumah dan lingkungan rumah mayoritas ibu-ibu yang ngedon dirumah, sering saya ditanya "sampai kapan mau kerja terus mba?"
"emang enak sih kerja bisa pegang uang sendiri, tapi capeknya doubel, keenakan suami dibantuin cari uang"
" inget nanti ada anak loh, siapa yang mau jagain kalau ibunya kerja?"
 lalu ketika saya hamil "wah nanti habis melahirkan langsung resign donk mba? jaga anak, balik kekodrat awal"

Jeng..Jeng...Jeng..Jeng..

Awal-awal cuma bisa senyum-senyum aja nanggepinnya. Sempet kebawa suasana galau kalau pengen jadi fulltime mommy and housewife, lebih mulia. Tapi mikir lagi, passion itu ga bisa dipaksain. Jadi ibu rumah tangga emang ga butuh passion karena nanti akan beradaptasi dengan sendirinya. Toh sebelum menikah bayangan menjadi ibu rumah tangga pasti sudah ada donk.

"Kenapa bekerja? Kurang uang? Dari suami ga cukup untuk biaya hidup?"
Dear buibu, bekerja itu ga melulu soal uang. Balik lagi bicara soal passion, untuk wanita yang terbiasa mandiri bekerja sejak muda, kalau tiba-tiba memutuskan untuk stuck dirumah, itu aneh. Iya saya sih ngerasanya gitu. Kalau libur panjang atau cuti, setelah pekerjaan rumah beres, suami kenyang, jadi bingung sendiri mau ngapain lagi. Akhirnya jalan keluar rumah lagi, yang intinya susah banget diri ini bisa betah berlama-lama dirumah kecuali kalau lagi sakit atau memang moodnya lagi pengen dirumah.
Lagian ya kalau si istri tetap bekerja, banyak plusnya kok. Pertama tetap bisa berbagi rezeki ke orangtua even sebenarnya bakti seorang anak perempuan ke orangtuanya sudah terputus sejak dia menikah, tapi bukan berarti ga ngasih sama sekali donk. Minta suami? Bisaa banget tapi kadang sebagai anak perempuan pengen donk ngajak orang tua jalan-jalan, shopping, senang-senang tanpa harus terbeban oleh budget rutin bulanan.
Nah kalau mikirnya si suami keenakan dibantuin cari uang, aduh udah 2014 masih aja mikir kaya gitu. Kalau dirumah tangga saya sih "uangmu uangku, uangku ya uangku"
Maksudnya adalah si suami gak berhak mencampuri urusan keuangan yang diterima si istri, yang ada si suami tetap berkewajiban menshare penghasilannya tanpa harus melihat penghasilan istrinya. Jadi ga ada deh tuh pertanyaan "gaji kamu berapa sih? aku kasih segini aja ya, kan kamu udah punya uang sendiri"
Alhamdulillah suami saya sendiri berprinsip seperti itu. Jadi seru kan bisa traktir suami. Bisa beliin baju suami even intensitasnya ga sering :p

Coba baca petikan percakapan ini deh :

"Kenapa kamu bekerja? Apa suamimu kurang menafkahimu??"

"tidak! suamiku sudah lebih dari cukup menafkahiku. Hanya saja aku punya banyak impian besar, tak adil rasanya jika hanya dia yang lelah untuk mewujudkan semua impianku. Maka ku genggam tangannya sambil berkata 'KITA BERJUANG BERSAMA'

Saya sangat setuju dengan  pernyataan diatas. Sebagai wanita, siapa sih yang gak ingin kehidupan setelah menikah jauh lebih mapan. Masalahnya ga semua wanita bisa beruntung merasakan kemapanan hidup setelah menikah. Ada yang memang basicnya si suami orang berada sehingga minta ini itu terasa mudah sekali. Tapi tak sedikit pula yang mendapatkan suami biasa saja yang mana berarti hidup setelah menikah merupakan perjuangan bersama dimulai dari angka NOL.
Tentu proses dan hasilnya terasa berbeda pula.
Untuk saya yang memulai hidup dengan angka NOL bersama suami, semuanya terasa lebih indah dan nikmat. Even hanya rumah kecil yang mampu kami beli, tapi setiap pulang kerumah rasanya puass sekali dan rasa capek pulang bekerja hilang seketika, ketimbang menumpang dirumah orangtua yang jauh lebih besar dan apa-apa serba mudah.
Itu contoh kecil. Belum impian-impian lainnya. Kendaraan yang layak, liburan, dana pendidikan anak, tabungan deposito, dll yang kayanya kalau dipikul suami seorang diri terasa lama terealisasinya. Kalau sendirian setiap impian bisa dijangkau kurleb 2-3 tahun, akan terasa lebih cepat jika dipikul berdua yang mungkin bisa dicapai kurleb 1-2 tahun :)
Mengurus anak dengan tetap bekerja pun tidak melulu menjadikan kwalitas sebagai seorang Ibu menjadi menurun. Dengan bekerja kita bisa mengurus buah hati dan memberikan yang terbaik untuk anak kita sebagai "imbalan" karena bundanya sibuk bekerja. Bekerja loh ya bukan hangout heheheh..
Nah antisipasi juga kalau terjadi apa-apa dengan diri kita atau suami yang mana kita selama ini hanya mengandalkan suami, gimana jadinya? gak mungkin berhenti makan dan hidup kan?

Bekerja itu melatih otak dan ide agar tidak tumpul. Iya, coba deh kalau aktivitas sehari-harinya cuma urus anak, belanja, masak, urus suami, besoknya urus anak, belanja, masak, urus suami lagi, bosen ga sih?
Disini saya tidak menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga. Menjadi Ibu rumah tangga itu bagi saya mulia sekali, saya tahu capenya kaya apa seharian urus rumah dan memastikan semuanya baik-baik saja. Ibu rumah tangga juga hebat dalam mengatur keuangan yang hanya itu-itu saja tapi mampu memenuhi semua kebutuhan.
Tapi disini saya juga tidak berbicara melulu mengenai pekerjaan dikantoran karena pada dasarnya bekerja itu bisa dimana saja, misal mengurus onlineshop dari rumah, atau buka toko dekat rumah, yang mana waktunya bisa lebih fleksible untuk atur urusan rumah dan kerjaan.  Intinya bekerja.
Dengan begitu kita tidak terbiasa berpangku tangan menerima dana segar dari suami melulu. Apalagi tahun 2000 dan semakin tahun perempuan dituntut lebih cerdas agar bisa mengatur urusan rumah tangga dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.

So jadi IRT atau karyawan atau pengusaha sekalipun yang dilakoni oleh buibu, semuanya mulia. Semuanya baik dan semuanya berpahala. Nah maka daripada itu ga usah deh yuk memandang sinis muka lelah wanita-wanita yang bekerja diluar sana, sinis sama sirik itu beda-beda tipis. Biarlah menjadi urusan masing-masing selama rumah tangga yang dijalani tidak saling mengganggu dan bisa terhandle dengan baik. Balik lagi itu semua hak dan keputusan dari masing-masing individu. Ga bisa dipandang sama rata.

Nah bagi yang wanita yang bekerjapun ga usah terlalu angkuh menanggapi kesinisan buibu yang mungkin kurang kerjaan hehehe (saya masih aga sulit, jujur) sebab kita makanpun pakai uang kita sendiri. Bukan mengemis kepada mereka. Anggap saja mereka perhatian dengan kita.
Semuanya juga terjadi atas restu suami. Tanpa restu suami, apalah arti karir bagus, penghasilan banyak bagi kita semua.

Jadi bekerja sambil menjadi ibu rumah tangga? siapa takut :p



Semoga kedepannya tidak ada lagi pertanyaan yang mampir kekuping saya "kenapa masih bekerja?" Kalau masih, siap-siap kena gaplok ya hehehehe...

Salam

DA









No comments:

Post a Comment